Selasa, 16 Ogos 2011

7 keajaiban yang lebih ajaib dari 7 keajaiban dunia

http://ghamedia.com/wp-content/uploads/2010/04/ensiklopedia-mukjizat-alquran-dan-hadis-0.jpg

Menara Pisa, Tembok Cina, Candi Borobudur, Taj Mahal, Ka’bah, Menara Eiffel, dan Piramid di Mesir, inilah semua keajaiban dunia yang kita tahu. 

Namun sebenarnya semua itu belum terlalu ajaib, kerana di sana masih ada tujuh keajaiban dunia yang lebih ajaib lagi. 

Mungkin para pembaca bertanya-tanya, keajaiban apakah itu? Memang tujuh keajaiban lain yang kami akan sajikan di hadapan pembaca sekalian belum pernah ditayangkan di TV, tidak pernah disiarkan di radio-radio dan belum pernah dimuat di media cetak.

Tujuh keajaiban dunia itu adalah:
Haiwan Berbicara di Akhir Zaman

Maha suci Allah yang telah membuat segala sesuatunya berbicara
sesuai dengan yang Ia kehendaki. Termasuk dari tanda-tanda kekuasaanya
adalah ketika terjadi hari kiamat akan muncul haiwan melata yang akan
berbicara kepada manusia sebagaimana yang tercatat dalam Al-Qur’an,
surah An-Naml ayat 82,

“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, kami keluarkan
sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka,
bahawa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami”.

Mufassir Negeri Syam, Abul Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy memberi ulasan tentang ayat di atas, 

“Haiwan ini akan keluar di akhir zaman ketika rosaknya manusia, dan mulai meninggalkan perintah-perintah Allah, dan ketika mereka telah mengganti agama Allah. Maka Allah mengeluarkan ke hadapan mereka haiwan bumi.
Konon kabarnya, dari Mekah, atau yang lainnya sebagaimana akan datang
perinciannya. Haiwan ini akan berbicara dengan manusia tentang hal itu”.[Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/498)]

Haiwan aneh yang berbicara ini akan keluar di akhir zaman sebagai
tanda akan datangnya kiamat dalam waktu yang dekat. Nabi -Shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Sesungguhnya tak akan tegak hari kiamat,sehingga kalian akan melihat sebelumnya 10 tanda-tanda kiamat: Gempa di Timur, gempa di Barat, gempa di Jazirah Arab, Asap, Dajjal, haiwan bumi, Ya’juj & Ma’juj, terbitnya matahari dari arah Barat, dan api yang keluar dari jurang Aden, akan menggiring manusia”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (2901), Abu Dawud dalam Sunan-nya (4311), At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2183), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (4041)]

Pohon Kurma yang Menangis

Adanya pohon kurma yang menangis ini terjadi di zaman Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , mengapa sampai pohon ini menangis? 

Kisahnya, Jabir bin Abdillah-radhiyallahu ‘anhu- bertutur,“Jabir bin Abdillah -radhiyallahu ‘anhu-berkata: 

“Adalah dahulu Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- berdiri (berkhutbah) di atas sebatang kurma, maka tatkala diletakkan mimbar baginya, kami mendengar sebuah suara seperti suara unta dari pohon kurma tersebut hingga Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- turun kemudian beliau meletakkan tangannya di atas batang pohon kurmatersebut” .[HR.Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (876)]

Ibnu Umar-radhiyallahu ‘anhu- berkata,

“Dulu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-berkhuthbah pada batang kurma. Tatkala beliau telah membuat mimbar,maka beliau berpindah ke mimbar itu. Batang kurma itu pun merintih.Maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mendatanginya sambil mengeluskan tangannya pada batang kurma itu (untuk menenangkannya)”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (3390), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (505)]

Untaian Salam Batu Aneh

Mungkin kalau seekor burung yang pandai mengucapkan salam adalah
perkara yang sering kita jumpai. Tapi bagaimana jika sebuah batu yang
mengucapkan salam. 

Sebagai seorang hamba Allah yang mengimani Rasul-Nya, tentunya dia akan membenarkan seluruh apa yang disampaikan oleh Rasul-Nya, seperti pemberitahuan beliau kepada para sahabatnya bahawa ada sebuah batu di Mekah yang pernah mengucapkan salam kepada beliau sebagaimana dalam sabdanya, Dari Jabir bin Samurah dia berkata, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

“Sesungguhnya aku mengetahui sebuah batu di Mekah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus, sesungguhnya aku mengetahuinya sekarang”.[HR.Muslim dalam Shohih-nya (1782)].

Pengaduan Seekor Unta

Manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan. Dari perasaan itu
timbullah rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka. 

Akan tetapiketahuilah, bukan hanya manusia saja yang memiliki perasaan, bahkan haiwan pun memilikinya. 

Oleh kerana itu sangat disesalkan jika ada manusia yang tidak memiliki perasaan yang membuat dirinya lebih rendah daripada hewan. Pernah ada seekor unta yang mengadu kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mengungkapkan perasaannya. Abdullah bin Ja’far-radhiyallahu ‘anhu- berkata,

“Pada suatu hari Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah memboncengku dibelakangnya, kemudian beliau membisikkan tentang sesuatu
yang tidak akan kuceritakan kepada seseorang di antara manusia. 

Sesuatu yang paling beliau senangi untuk dijadikan pelindung untuk buang
hajatnya adalah gundukan tanah atau kumpulan batang kurma. lalu beliau
masuk ke dalam kebun laki-laki Anshar. Tiba tiba ada seekor unta.

Tatkala Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melihatnya, maka unta itu
merintih dan bercucuran air matanya. 

Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- mendatanginya seraya mengusap dari perutnya sampai ke punuknya dan tulang telinganya, maka tenanglah unta itu. Kemudian beliau bersabda,

“Siapakah pemilik unta ini, unta ini milik siapa?”

Lalu datanglah seorang pemuda Anshar seraya berkata, “unta itu milikku,
wahai Rasulullah”.

Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

“Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan sebagai milikmu oleh Allah, kerana ia (binatang ini) telah mengadu kepadaku bahawa engkau telah membuatnya letih dan lapar”. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (1/400), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/99-100), Ahmad dalam Al-Musnad (1/204-205), Abu Ya’la dalam Al-Musnad (3/8/1), Al-Baihaqiy dalam Ad-Dala’il (6/26), dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqa (9/28/1). Lihat Ash-Shahihah (20)]

Kesaksian Kambing Panggang

Kalau binatang yang masih hidup boleh berbicara adalah perkara yang
ajaib, maka tentunya lebih ajaib lagi kalau ada seekor kambing panggang
yang berbicara. 

Ini memang aneh, akan tetapi benar. Kisah kambing panggang yang berbicara ini terdapat dalam hadits berikut: Abu Hurairah-radhiyallahu ‘anhu- berkata,

“Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-menerima hadiah, dan tak mau makan shodaqoh. Maka ada seorang wanita Yahudi di Khoibar yang menghadiahkan kepada beliau kambing panggang yang telah diberi racun. Lalu Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun memakan sebahagian kambing itu, dan kaum (sahabat) juga makan. 

Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Angkatlahtangan kalian, karena kambing panggang ini mengabarkan kepadaku bahawa dia beracun”. Lalu meninggallah Bisyr bin Al-Baro’ bin MA’rur
Al-Anshoriy. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengirim (utusan
membawa surat), 

“Apa yang mendorongmu untuk melakukan hal itu?” Wanita itu menjawab, 

“Jika engkau adalah seorang nabi, maka apa yang aku telah lakukan tak akan membahayakan dirimu. Jika engkau adalah seorang raja, maka aku telah melepaskan manusia darimu”. Kemudian Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memerintahkan untuk membunuh wanita itu, maka ia pun dibunuh. 

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda ketika beliau sakit yang menyebabkan kematian beliau,

”Senantiasa aku merasakan sakit akibat makanan yang telah aku makan ketika di Khoibar. Inilah saatnya urat nadi leherku terputus”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (4512). Di-shohih-kan Al-Albaniy dalam Shohih Sunan Abi Dawud (hal.813), dengan tahqiq Masyhur Hasan Salman]

Batu yang Berbicara

Setelah kita mengetahu adanya batu yang mengucapkan salam, maka
keajaiban selanjutnya adalah adanya batu yang berbicara di akhir zaman.

Jika kita fikirkan, maka terasa aneh, tapi demikianlah seorang muslim
harus mengimani seluruh berita yang disampaikan oleh Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, baik yang masuk akal, atau tidak. 

Kerana Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidaklah pernah berbicara sesuai hawa nafsunya, bahkan beliau berbicara sesuai tuntunan wahyu dari Allah Yang Mengetahui segala perkara ghaib. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Kalian akan memerangi orang-orang Yahudi sehingga seorang diantara mereka bersembunyi di balik batu. Maka batu itu berkata, “Wahai hamba Allah, Inilah si Yahudi di belakangku, maka bunuhlah ia”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (2767), dan Muslim dalam Shohih-nya (2922)]

Al-Hafizh Ibnu Hajar-rahimahullah- berkata, “Dalam hadits ini terdapat tanda-tanda dekatnya hari kiamat, berupa berbicaranya benda-benda mati, pohon, dan batu. Lahiriahnya hadits ini (menunjukkan) bahwa benda-benda itu berbicara secara hakikat”.[Lihat Fathul Bari (6/610)]

Semut Memberi Arahan

Mungkin kita pernah mendengar cerita fiksen tentang haiwan-haiwan
yang berbicara dengan haiwan yang lain. Semua itu hanyalah cerita fiksen
belaka dan tentunya omong kosong. 

Tapi ketahuilah wahai para pembaca, sesungguhnya adanya haiwan yang berbicara kepada haiwan yang lain, bahkan memberi arahan, layaknya seorang komandan pasukan yang memberikan perintah. Haiwan yang memberi komando tersebut adalah semut. Kisah ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an,

“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai
manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami
diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) Ini benar-benar suatu
kurnia yang nyata”.

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut:

Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak
diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyedari.

Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa Kerana (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa:

“Ya Tuhanku berilah Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapaku dan untuk
mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS.An-Naml: 16-19).

Inilah beberapa perkara yang lebih layak dijadikan “Tujuh Keajaiban Dunia”
yang menghebohkan, dan menghairankan seluruh manusia. 

Orang-orang beriman telah lama menyakini dan mengimani perkara-perkara ini sejak zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sampai sekarang.

Namun memang kebanyakan manusia tidak mengetahui perkara-perkara itu. Oleh kerana itu, kami mengangkat perkara itu untuk mengingatkan kembali, dan menanamkan aqidah yang kukuh di hati umat Islam.jenisaris
http://tulahan.blogspot.com/2011/02/7-keajaiban-yang-lebih-ajaib-dari-7_2958.html

Jumaat, 12 Ogos 2011

APAKAH DOA YANG PALING UTAMA DI BULAN RAMADAN DAN SIAPAKAH DIA UWAIS AL-QARNI?




Oleh Tuan Guru Dato’ Dr. Haron Din

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah sekalian. Kedatangan bulan  Ramadhan walaupun menjadi suatu kebiasaan kepada kebanyakan orang, tetapi sebenarnya ianya menjadi suatu mercu tanda kepada orang-orang yang ingin mencapai kepada matlamat penghidupan yang sebenarnya iaitu seperti yang disebutkan oleh Allah swt;

Surah Al-Baqarah:183

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al-Baqarah:183)

Khususnya dalam kontek kita berpuasa disebutkan sebagai “La‘al lakum tattaqun” maksudnya dengan berpuasa kamu akan memperolehi darjat ketaqwaan kepada Allah swt. Menjadi suatu yang agak lumrah kepada insan, biasa disebut, di hafal dan diingati kalimah ini “La‘al lakum tattaqun”, tetapi pernahkah, sampaikah kita ke tahap “tattaqun” itu bila sampai Ramadan dan berakhir Ramadan?

Sampaikah kita kepada apa yang nabi sebut kepada isteri-isterinya dan kepada sahabat-sahabatnya iaitu “Faya ‘ajaban liman adraka ramada na fala yughfarulah”, iaitu maksudnya “Alangkah hairannya (ajaibnya) bagi orang yang telah sampai umurnya kepada menjelang Ramadan, apabila habis Ramadan hairan kalau dia tidak mengambil kesempatan untuk Allah mengampunkan semua dosa-dosanya”.


Tidak ada insan yang tidak berdosa melainkan nabi yang maksom. Kita lihat dizaman ini banyak perkara yang terpaksa kita telan dan kita tempuh. Akibatnya kita terpaksa menerima kemurkaan-kemurkaan Allah swt. kepada hamba-hambanya. Kita lihat dari bala bencana, musibah demi musibah, kita lihat dari berbagai-bagai kejadian yang tidak menyenangkan menunjukkan bahawa adanya kemurkaan Allah. Allah tidak akan murka melainkan kerana besarnya dosa manusia. Kerana itu datang ramadan, memanglah boleh menghairankan orang yang sempat hidup sampai Ramadan, apabila habis Ramadan dosa dia tidak terampun.

Sebab itu Siti Aisyah radiaAllahhu anha ingin sangat untuk bertemua peluang dengan malam Qadar (Lailatul Qadar), dia bertanya kepada nabi “Bilakah berlaku malam Qadar?”. Nabi bertanya kepada Aisyah semula “Apakah kamu nak buat bila kamu bertemu dengan malam Qadar?”. Aisyah menjawab “Saya tak tahu” kemudian Aisyah bertanya lagi “Apakah yang patut saya buat bila bertemu dengan malam Qadar itu?”. Nabi berkata kepada Aisyah “Malam itu malam yang amat baik untuk beramal dimalamnya dan amat mudah dimakbul Allah doanya”. Aisyah bertanya lagi “Apakah doa yang paling baik untuk aku berdoa pada malam itu?” Nabi jawab “ Kalau kamu sempat berjumpa dan mengetahui malam itu ialah malam Qadar berdoalah

Doa Paling Afdal Dibulan Ramadan
“Allah humma innaka ‘afuu ’un karimun tuhib bul ‘af wa fa’ fu ‘anni” (maknanya Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang sangat suka mengampun, ampunkanlah dosa-dosa ku).

Sebenarnya Nabi dah tahu yang Aisyah itu akan masuk syurga ertinya dosanya telah diampunkan oleh Allah tetapi kenapa Nabi masih menyuruh Aisyah untuk memohon kepada Allah agar diampunkan dosa?. Sedangkan Aisyah memang layak untuk tidak dimasukkan ke dalam neraka, hanya layak ke syurga. Soal dosa dan pahala dia dah tak kisah sangat tapi nabi masih menyuruhnya berdoa supaya Allah ampunkan dosa.
Saya nak kaitkan dengan satu kisah iaitu bila Allah bagi tahu kepada nabi Muhammad s.a.w.  iaitu ada insan yang akan lahir dikalangan Tabiin (“Tabiin” maknanya satu kumpulan insan yang tidak sempat berjumpa dengan nabi tetapi hanya sempat berjumpa dengan sahabat nabi sahaja. Kalau orang yang sempat berjumpa dengan nabi, itu dipanggil “Sahabat”. Kalau orang yang lahir kedunia ini setelah nabi wafat tetapi sempat berjumpa dengan Sahabat ia dipanggil Tabiin).

Nabi berpesan kepada Umar dan Ali, “Akan lahir dikalangan Tabiin seorang insan yang doa dia sangat makbul nama dia Uwais al-Qarni dan dia akan lahir dizaman kamu”.

Kita telah mengenali siapa dia Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali iaitu orang-orang yang telah disenaraikan sebagai “al-Mubasyirun bil Jannah” iaitu mereka dah dijamin masuk syurga.

Nabi seterusnya berkata kepada Umar dan Ali, “Dizaman kamu nanti akan lahir seorang insan yang doa dia sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dbesarkan di Yaman. Dia akan muncul dizaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia mintak tolong dia berdoa untuk kamu berdua.”

Sama juga macam kisah Siti Aisyah tadi, Umar dan Ali bertanya kepada nabi soalan yang sama iaitu “Apakah yang patut saya mintak daripada Uwais al-Qarni, Ya Rasulullah? Nabi menjawab “Kamu mintak kepadanya supaya dia berdoa kepada Allah agar Allah ampunkan dosa-dosa kalian”.

Banyak peristiwa sahabat yang berjumpa dengan nabi, mintak sesuatu yang baik kepada mereka, nabi menjawab “Pohonlah al-Maghfirah daripada Allah swt.” Jadi topik al-Maghfirah (keampunan) ini menjadi topik yang begitu dicari yang begitu relevan, hatta kepada orang yang telah disenaraikan sebagai ahli syurga. Kalau logiknya ahli syurga macam dah tak perlu kepada ampun dosa kerana mereka dah dijamin masuk syurga, tetapi tidak, nabi masih tekankan supaya mintak Allah ampunkan dosa.

Siti Aisyah telah bertemu dengan malam Qadar, dia telah berdoa sepanjang malam sampai ke subuh dengan doa yang nabi ajarkan iaitu “Allah humma innaka ‘afuu ’un karimun tuhib bul ‘af wa fa’ fu ‘anni” (maknanya Ya Allah, Kamulah Tuhan yang sangat suka mengampun, ampunkanlah dosa-dosa saya).

Memang benarlah firasat seorang nabi, Uwais al-Qarni telah muncul di zaman Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali. Memang mereka tunggu dan cari kabilah-kabilah yang datang dari Yaman ke Madinah, akhirnya bertemu mereka dengan Uwais al-Qarni.

Dengan pandangan mata luar, tidak mungkin dia orang yang nabi maksudkan. Kerana orang itu pada pandangan insan-insan biasa atau orang-orang yang datang bersama dengannya bersama kabilah menganggapkan dia seorang yang akal tidak sempurna (wire short), sesuatu yang macam tidak betul pada pandangan orang. Tetapi dia ada sesuatu…..

Asal usul Uwais al-Qarni

Dia asalnya berpenyakit sopak, badannya putih, putih penyakit yang tidak digemari. Walaupun dia sopak tetapi dia seorang yang soleh, terlalu mengambil berat tentang ibunya yang uzur dan lumpuh. Dia telah begitu tekun untuk mendapatkan keredhaan ibunya. Bapa dia meninggal dunia ketika dia masih kecil lagi. Dia sopak sejak dilahirkan dan ibunya menjaga dia sampai dia dewasa.

Satu hari ibunya memberitahu kepada Uwais bahawa dia ingin sangat untuk pergi mengerjakan haji. Dia menyuruh Uwais supaya mengikhtiarkan dan mengusahakan agar dia dapat dibawa ke Mekah untuk menunaikan haji.

Sebagai seorang yang miskin, Uwais tidak berdaya untuk mencari perbelanjaan untuk ibunya kerana pada zaman itu kebanyakan orang untuk pergi haji dari Yaman ke Mekah mereka menyediakan beberapa ekor unta yang dipasang diatasnya “Haudat”. Haudat ini seperti rumah kecil yang diletakkan di atas unta untuk melindungi panas matahari dan hujan, selesa dan perbelanjaannya mahal. Uwais tidak mampu untuk menyediakan yang demikian, unta pun dia tidak ada, nak sewa pun tidak mampu.

Ibu Uwais semakin uzur maka ibunya mendesak dan berkata kepada anaknya “Anakku mungkin ibu dah tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkanlah agar ibu dapat mengerjakan haji”.

Uwais mendapat suatu ilham, dia terfikir apa nak dibuat. Dia membeli seekor anak lembu yang baru lahir dan dah habis menyusu. Dia membuat sebuah rumah kecil (pondok) di atas sebuah “Tilal” iaitu sebuah tanah tinggi (Dia buat rumah untuk lembu itu di atas bukit).

Apa yang dia lakukan, pada petang hari dia dukung anak lembu untuk naik ke atas “Tilal”. Pagi esoknya dia dukung lembu itu turun dari “Tilal” untuk diberi makan. Itulah yang dilakukannya setiap hari. Ada ketikanya dia mendukung lembu itu mengelilingi bukit tempat dia beri lembu itu makan.

Perbuatan yang dilakukannya ini menyebabkan orang kata dia ini gila. Memang pelik, buatkan rumah untuk lembu diatas bukit, kemudian setiap hari usung lembu, petang bawa naik, pagi bawa turun bukit.

Tetapi sebenarnya niatnya baik. Kalau lembu kita buat begitu pagi sekali petang sekali daripada lembu yang beratnya 20kg, selepas enam bulan lembu itu sudah menjadi 100kg. Otot-otot (muscle) tangan dan badan Uwais menjadi kuat hinggakan dengan mudah mengangkat lembu seberat 100kg turun dan naik bukit.

Selepas lapan bulan dia buat demikian telah sampai musim haji, rupa-rupanya perbuatannya itu adalah satu persediaan untuk dia membawa ibunya mengerjakan haji. Dia telah memangku ibunya dari Yaman sampai ke Mekkah dengan kedua tangannya. Dibelakangnya dia meletakkan barang-barang keperluan seperti air, roti dan sebagainya. Lembu yang beratnya 100kg boleh didukung dan dipangku inikan pula ibunya yang berat sekitar 50kg. Dia membawa (mendukung dan memangku) ibunya dengan kedua tangannya dari Yaman ke Mekah, mengerjakan Tawaf, Saie dan di Padang Arafah dengan senang sahaja. Dan dia juga memangku ibunya dengan kedua tangannya pulang semula ke Yaman dari Mekah.

Setelah pulang semula ke rumah dia di Yaman, Ibu dia berkata kepada dia “ Uwais, apa yang kamu berdoa sepanjang kamu berada di Mekah?”. Uwais menjawab “Saya berdoa minta supaya Allah mengampunkan semua dosa-dosa ibu”. Ibunya bertanya lagi “Bagaiman pula dengan dosa kamu”. Uwais menjawab “Dengan terampun dosa ibu, ibu akan masuk syurga, cukuplah ibu redha dengan saya maka saya juga masuk syurga”.

Ibunya berkata lagi “Ibu nak supaya engkau berdoa agar Allah hilangkan sakit putih (sopak) kamu ini”. Uwais kata “Saya keberkatan untuk berdoa kerana ini Allah yang jadikan. Kalau tidak redha dengan kejadian Allah, macam saya tidak bersyukur dengan Allah ta’ala”. Ibunya menanbah “Kalau nak masuk syurga, kena taat kepada perintah ibu, Ibu perintahkan engkau berdoa”.

Akhirnya Uwais tidak ada pilihan melainkan mengangkat tangan dan berdoa. Uwais berdoa seperti yang ibu dia minta supaya Allah sembuhkan putih yang luar biasa (sopak) yang dihidapinya itu. Tetapi kerana dia takut masih ada dosa pada dirinya dia berdoa “Tolonglah Ya Allah kerana ibu aku suruh aku berdoa hilangkan yang putih pada badanku ini melainkan tinggalkan sedikit”

Allah swt. sembuhkan serta merta, hilang putih sopak diseluruh badannya kecuali tinggal satu tompok sebesar duit syiling ditengkuknya. (Kalau bagi nabi, baginda ada Khatam Nubuwah iaitu tanda kenabian, tanda pada nabi bersinar) Tanda tompok putih pada Uwais sebab dia mintak agar jangan dibuang kesemuanya, kerana ini (sopak) adalah anugerah, maka nabi sebut kepada Umar dan Ali akan tanda ini. Tandanya kamu nampak dibelakang dia ada satu bulatan putih, bulatan sopak.  Kalau berjumpa dengan tanda itu dialah Uwais al-Qarni.

Selepas tidak lama Uwais berdoa yang demikian, ibunya telah meninggal dunia. Dia telah menunaikan kesemua permintaan ibunya. Selepas itu dia telah menjadi orang yang paling tinggi martabatnya disisi Allah. Doa dia cukup makbul hatta penyakit sopak pun boleh sembuh. Mengikut al-Quran, Nabi Isa Alaihisalam yang pernah berdoa untuk kesembuhan penyakit sopak dizamannya.

Berbalik kita kepada point asal, Sayidina Umar dan Sayidina Ali dapat berjumpa dengan Uwais ini minta satu sahaja  iaitu minta supaya doakan supaya Allah swt. mengampun semua dosa-dosa mereka.

Ketika Uwais al-Qarni berjumpa Umar dan Ali, dia berkata “Aku datang ini dari Yaman ke Madinah kerana aku nak tunaikan wasiat nabi kepada kamu iaitu supaya kamu berdua berjumpa dengan aku. Aku datang ini nak tunaikan wasiat itulah”. Maka Uwais pun telah mendoakan untuk mereka berdua.

Doa yang paling utama di malam Qadar

Seperti yang saya sebutkam dipermulaan tadi “Faya ‘ajaban liman adraka ramada na fala yughfarulah”, Memang hairan orang yang dapat hidup sampai Ramadan ini, tetapi dosa dia tidak diampun.

Kalau malam ini malam Qadar, fokus kita selalunya memanglah nak minta hal-hal keduniaan. Kalau kita dapat rasakan dalam perasaan dalaman seorang insan kecil hamba Allah ini apa yang hendak kita mintak di malam Qadar? Saya rasa orang tidak begitu berminat untuk minta supaya diampunkan segala dosa, mereka akan minta yang lain pula, minta saham naik, perniagaan laris, dapat kahwin lagi dua, kaya, mesti pilihan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, sedangkan “Wallah yuridul akhirah”. Allah dan RasulNya lebih mengutamakan penghidupan akhirat itulah yang paling mustahak sekali.

Selama ini pun kita tidak tahu bahawasanya terampunkah dosa-dosa yang telah kita buat? walaupun kita rasa macam dosa itu Allah telah ampunkan.

Ada peluang yang macam ini iaitu malam Qadar atau berpeluang berjumpa dengan orang-orang yang konfirm macam tadi iaitu doa-doa mereka makbul seperti orang-orang yang soleh dan seumpamanya doa yang paling utama dan besar diminta ialah minta supaya Allah mengampunkan semua dosa-dosa kita.

Bukan kata orang lain sebagai contoh besar, hatta nabi yang dikatakan “Ghoforollah hu mat taqadaman”, Allah ta’ala ampunkan dosa dia yang telah lalu (jika ada) dan juga ampun untuk yang akan datang.

Tetapi kenapa nabi masih berdoa kepada Allah tiap-tiap hari tidak kurang dari seratus kali iaitu “Astagh firruka humma waatubu ilaih”. Sehari seratus kali , sembahyang baginda, berdoa panjang-panjang sampai dikataka juga (hadith Aisyah) sampai bengkak kaki nabi. Sampai Siti Aisyah berkata kepada nabi, “Ya Rasulullah, kenapalah sampai kamu teruk-teruk beribadah hingga bengkak kaki, sembahyang lama-lama, menangis lama-lama, tidakkah Allah telah ampunkan dosa kamu dahulu dan kemudian?”. Nabi menjawab “Kalau demikian adanya mengapa aku tidak menjadi hamba yang bersyukur”.

Syukur maknanya melakukan ibadah kepada Allah swt. Inilah yang saya katakan tadi, datanglah sistem yang Islam kemukakan kepada ummah, seluruh aktiviti-aktiiti ibadah, penumpuan kepada persiapan-persiapan yang dikatakan “Wa tazau wadu” kesemuanya ditujukan ke arah pembersihan diri, hati, akal dan budi daripada yang dipanggil “al-khush” (yang tidak baik).

Al-Quran memberikan satu analogi iaitu Bumi kalau sudah cantik dan subur dia mudah menumbuhkan pokok-pokok yang bermanfaat dan bagi bumi yang kotor (bagi maksud tidak sesuai ditanam tumbuhan) seperti tempat berbatu dan berpasir, tanam apapun tak tumbuh, kalau tumbuh pun dia tak jadi seperti tempat yang lain.

Maksudnya sama seperti insan, kalau yang disimpan dalam diri kita ini kotor (benda yang jijik) maka tidak akan keluar melainkan yang kotor juga. Kalau dalam diri kita baik, dia akan menumbuhkan yang baik, amal dia baik, kata-kata dia baik, akhlak dia baik, muammalah dia baik dan dia dikatakan orang yang baik.

Allah itu baik, Dia tidak terima amalan melainkan amalan yang baik juga. Sebab itu dari awal Islam datang dah ada sistem seperti contoh ayat-ayat al-Quran yang awal turun surah Al-Mudatsir, firman Allah yang bermaksud “Wahai orang-orang yang sedang tidur, bangunlah kamu beri peringatan kepada manusia (maknanya bergerak dalam satu wadah perjuangan, mengerakkan jiwa diri sendiri dan jiwa insan) dan kepada Tuhanmulah kamu wajib membesarkanNya, jangan mengagungkan yang lain, agungkan Allah swt. sahaja.

Caranya diberikan beberapa analogi seperti apa yang kamu pakai iaitu pakaian biasa, rumah tempat tinggal, kereta yang dinaiki dan apa sahajalah mestilah yang bersih, kamu kena sucikan dia. Sebab ini sangat kena dengan ayat yang nabi hayati. Diantara pakaian yang nabi suka pakai ialah pakaian putih yang melambangkan suci dan bersih. Walaupun kadangkala nabi pakai warna merah dan hitam didalam peperangan tetapi yang paling nabi sukai ialah warna putih.

Sebab itu kita lihat, pakaian haji putih, kain kafan putih (tak pernah nampak lagi kain kafan warna hijau, kain kafan biru lagi tak pernah nampak). Ditempat saya masjid-masjid gunakan kain putih sebagai alas tempat sujud. Serban umumnya putih. Serban nabi putih kadangkala ada yang hijau.

Apabila diluar memakai pakaian putih bersih maka didalam diri perlu buang segala kekotoran. Islam mengajar agar diluar bersih sehingga kedalam diri juga bersih. Kalaulah inilah yang nabi buat dari pada mula memanglah bulan Ramadan ini yang utama ialah untuk membersihkan diri.

Dengan puasa yang kita buat, malam kita bertarawih, berdoa secara bersistematik dari awal ramadan sampai akhir ramadan iaitu doa;

Doa Paling Afdal di Bulan Ramadhan
“Allah humma innaka ‘afuu ’un karimun tuhib bul ‘af wa fa’ fu ‘anni” (maknanya Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang sangat suka mengampun, ampunkanlah dosa-dosa ku).

Kalau dibuat setiap malam dari awal ramadan sampai akhir ramadan pastilah kita jumpa dengan satu malam yang mana malam ini ialah malam Qadar. Sebab dia pasti datang setiap tahun dibulan ramadan. Kalau kena malam itu maka sampailah tujuan tadi kita dapat memohon daripada Allah swt. minta yang paling berharga iaitu bermohon agar Allah mengampunkan semua dosa-dosa kita. Kalau bertemu demikian kita sampailah kepada matlamat tadi iaitu “La’al lakum tat takun” dengannya kamu bertaqwa, dengannya kamu sampai kepada matlamat yang dikatakan tadi.

“Ya ‘ajaban”, memang menghairankan orang yang sempat datang Ramadan kepadanya dia tidak manfaatkan ramadan itu untuk Allah ampunkan semua dosa-dosanya.

Semua krisis-krisis dunia, semua masalah yang insan hadapi didunia, yang kita hadapi hari ini dalam semua masalah, pergaduhan, hutang yang banyak, akan berakhir bila orang itu mati. Kita berjanji dengan orang, bertelagah, bergaduh, semua krisis-krisis dunia ini kepada seorang insan dia habis bila dia mati.

Tetapi krisis dosa dengan Allah ta’ala khasnya krisis keimanan, krisis kerana kita menyimpan dosa yang melibatkan iman dan sebagainya, didunia dia tidak menampakkan masalah tetapi sebenarnya ia akan bermula apabila telah hampir nak mati, masuk kubur lagi masalah, alam barzakh lagi masalah, sampai kepada alam mahsyar lagi bermasalah puncanya balik kepada dosa tadi.

Sebab itu nabi telah bagi satu garis panduan yang cukup senang kita faham. Kita tidak disuruh minta dimalam Qadar supaya turun emas dari langit, minta agar dikasihani oleh semua orang, minta agar dijadikan ketua selama-lamanya, untung berniaga, bukan itu yang patut diminta. Sebaliknya nabi bagi contoh kalau ini dapat kamu capai walaupun dunia kamu susah sekejap tetapi kamu akan berakhir krisis dunia ini bila kamu mati.

Jika kamu ada dosa ini mati bermula suatu penghidupan yang perit, malah dari sejak nak mati sekalipun sudah bermula, sampai kepada peringkat orang-orang yang “Zalimi an fusu hum” orang-orang yang menzalimi diri mereka dalam kehidupan ini kerana membiarkan dosa, banyak melakukan dosa, tidak cuba untuk membuang dosa, bila nak mati akan datang malaikat kepada mereka dengan pemukul untuk pukul muka, belakang hingga ke punggung mereka. Ia bermula daripada nyawa nak keluar, tergantung-gantung diantara langit dan bumi, diantara barzakh dengan tidak barzakh, masuk kubur terseksa.

Sebab itulah nabi nak lepaskan kita daripada seksaan ini semua, nak pastikan kepada isteri dia Siti Aisyah pun berpesan “Kalau kamu dapat malam Qadar jangan minta yang lain selain daripada minta supaya diampunkan Allah segala dosa”.

Ingatlah juga ketika nabi berpesan kepada orang yang dia sayangi iaitu Umar (bapa mertuanya) dan Ali (menantunya) kalau kamu berjumpa dengan Uwais al-Qarni mintalah supaya Allah ampunkan segala dosa kamu. Begitu juga nabi berpesan kepada sahabat-sahabat yang lain supaya bermohon supaya Allah ampunkan segala dosa.

Penutup

Memang telah menjadi tradisi kita di Darussyifa’, kita bertemu sekali dalam bulan Ramadan bersama-sama berbuka puasa, bersolat tarawih dan saya berpeluang untuk berucap mengajak diri saya dan mengajak semua orang. Kita akan manfaatkan Ramadan ini dengan fokus kita supaya tidak ada lagi dosa, kalau ada dosa diampunkan. Caranya kita jangan tambah dosa, yang ada selesaikan. Minta ampun yang berbaki daripadanya.

Dan AlhamdulilLah jika kita diambil oleh Allah dibulan Ramadan lebih-lebih lagi jika kita mati di Mekah di bulan Ramadan. Macam baru-baru ini orang Malaysia yang mati kemalangan jalanraya di Mekah, kita cemburu kerana Allah pilih dia dan tidak pilih kita. Pilih mereka yang dalam musafir, dalam keadaan buat Umrah, dalam bulan Ramadan pula, mati syahid dunia kerana mereka luka parah, kemudian disembahyangkan pula di Masjidil Haram yamg setiap malam sembahyang itu jutaan manusia yang mendoakan mereka masuk syurga. Jadi itu satu keberuntungan kerana Allah pilih mereka. Kita pula menunggu giliran entah dimana..

Maka persediaan kepada kita, pada saya, pada saudara sekalian, kita ambil peluang Ramadan ini untuk Allah ampunkan dosa kita semua. Supaya kita termasuk dikalangan hamba yang akan beruntung khasnya selepas kita kembali kepada Allah swt.

Selamat berpuasa, selamat berhari raya, maaf zahir batin, terima kasih kepada yang menganjurkan majlis malam ini Darussyifa’ dan kita mengharapkan kepada Allah swt.  agar sentiasa menghimpunkan kita sebagai orang-orang yang sentiasa berkasih sayang dan saling bermaaf-maafan menuju kepada kerahmatan dan keberkatan Allah swt.



|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tazkirah ramadan ini ditulis semula daripada rakaman tazkirah Ramadan oleh Tuan Guru Dato’ Dr. Haron Din pada hari Khamis 12 Ramadan 1427H bersamaan 5 Oktober 2006.
 
 http://www.darussyifa.org/modules.php?name=News&file=article&sid=32