Ahad, 31 Januari 2010

PERMAINAN, KITA DAN ISLAM...

KENYATAAN HIDUP DISEBALIK PERMAINAN INI.

Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan
ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"

Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti.

Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membezakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan perbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan ketika.

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."

"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.

"Cikgu ada Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri diluar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?"

Murid-muridnya berpikir . Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat,dan lain-lain.

Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. "Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya...Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak anda dengan terang-terang...Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh
musuh kita... "

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya murid- murid.

"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar".


"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..." Matahari bersinar terik takala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya...

APA TINDAKAN KITA?

Takwiniyah, jalan penyelesaian...

Dalam keadaan seperti ini, Allah menghendaki kaum Muslimin kembali kepada Islam yang sebenar, beriman dengan iman yang istiqamah, bertaqwa dengan sebenarnya, serta menyiapkan diri untuk mati di jalan Islam (husnul khatimah).

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri (Islam) kepada Allah”. (QS 3:102)

Inilah perintah Allah bagi setiap individu muslim. Mereka harus mempertahankan keperibadian Islam pada diri mereka. Untuk itu, mereka harus mengislamisasi kembali diri dan keluarga mereka menuju kepada terbentuknya masyarakat Islam.

Umat Islam mesti bangun semula dan sedar akan peranannya sebagai penyelamat ummah dan dunia, serta membangunkan peradaban positif. Mereka harus bangun dari tidur nyenyak dan melepaskan diri dari tilam empuk, tegak dan bangkit, kembali pada bimbingan dan pimpinan Allah. Untuk itu Allah mengisyaratkan:

“Dan berperanglah kamu semua dengan tali (Din) Allah dan jangan saling bercerai-berai, ingatlah nikmat Allah yang diberikanNya kepada kamu, ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan kemudian Allah menjinakkan di antara hati kamu, maka jadilah kamu kerana nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan padahal kamu berada di pinggir jurang neraka maka Allah selamatkan kamu daripadanya. Demikian Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayatNya agar kamu mendapat petunjuk” (QS 3:103)

Ayat ini jelas mewajibkan kaum muslimin untuk:

1. Berpegang teguh pada satu ikatan (hablullah)
2. Bersatupadu, tidak bercerai-berai atau berpecah-belah
3. Sentiasa mengingat nikmat Allah yang telah menyatukan hati mereka dalam ikatan aqidah islamiyah
4. Menyuburkan ukhuwah islamiyah

Inilah jalan yang boleh menyelamatkan kaum muslimin dari kehancuran yang dinanti-nanti dan dirancangkan oleh musuh-musuh Islam. Untuk mencapai usaha di atas, Allah mewajibkan pembentukan suatu gerakan dakwah yang mampu mengajak manusia pada kebaikan, menyuruh mereka melakukan ma’ruf dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar. Mereka harus memulakan usaha ini, membentuk umat yang memiliki kualiti tinggi dalam menegakkan Islam.

Dalam pembentukan umat dakwah ini, takwin memainkan peranan yang penting. Umat Islam mesti kembali mendidik suatu generasi yang mampu menampilkan islam dalam bentuk yang sebenarnya sebagaimana yang telah timbul pada zaman sahabah. Dasar dan jalannya ialah:

“Dan hendaklah ada di antara kamu satu umat yang mengajak kepada kebaikan yang menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS 3:104)

Rujukan utama dalam melaksanakan ini ialah Rasulullah saw. Dalam perjalanan hidup Rasul dan para sahabat ridwanullahu alaihim, Allah telah menggambarkan suatu manhaj yang jelas dan cemerlang untuk membangun kembali umat ini. Dengan cara pembinaan yang dibuktikan oleh Rasulullah, nyatalah bahawa bentuk pembinaan (takwiniyah) harus merupakan tarbiyah islamiyah harakiyah (pendidikan Islam berbentuk gerakan). Hal ini lahir dan amat diperlukan tuntutan dari realiti umat yang kita hadapi sekarang mempuyai persamaan dengan keadaan di masa Rasul. Di samping itu, watak khas dari semua kitabullah adalah tarbiyah Rabbaniyah. Firman Allah:

“Tetapi jadilah kamu orang-orang yang Rabbani, oleh sebab kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu sentiasa mempelajari Al-Kitab”.(QS3:79)

Maka Al Quran menjadi sumber utama dalam takwiniyah. Setiap ayatnya menuntut untuk membangun generasi baru peradaban Islam. Bukankah ia membentuk peribadi-peribadi terbaik dan umat terbaik (khairu ummah)? Rasulullah bersabda:

“Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkan Al-Quran”(HR Bukhari dan Muslim).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan